Karnaval Blog: Minum Teh Bersama Ibu (MTBI#1)

Ibu Maafkan Aku

Oleh: Aldy

Apa yang ada dalam benak Anda ketika tahu ibu yang Anda cintai jatuh sakit dan karena halangan pekerjaan Anda tidak bisa menjenguk beliau ?

Saya pribadi merasakan kepedihan yang luar biasa, bukan hanya karena tidak bisa datang membesuk, tetapi saya termasuk anak yang sangat jarang bertemu dengan ibunda, bukan karena saya sudah berkeluarga, tetapi karena lokasi kerja yang memisahkan saya dengan beliau. Bahkan bukan hanya dengan ibunda dengan keluarga juga saya terpisah, hanya karena ingin menghidupi keluarga dengan nafkah yang halal dan lebih baik.

Sekitar seminggu yang lalu, istri mengabarkan jika ibu jatuh sakit dan sedang dalam perawatan. Dan beliau meminta saya pulang di samping beliau sakit, beliau juga kangen karena sudah hampir satu tahun saya tidak bertatap muka dengan ibu. Selama ini hanya bertelepon saja yang sering saya lakukan. Biasanya seminggu, minimal satu atau dua kali saya menelpon beliau, tetapi sekali ini beliau meminta saya untuk pulang, sebuah pilihan yang sangat sulit. Di satu sisi beliau sakit, tapi di sisi lain saya sedang diserahi tugas untuk menangani pekerjaan yang hanya saya sendiri yang bisa mengkoordinirnya.

Karena pertimbangan tersebut, saya memutuskan untuk tidak pulang, karena saya sangat percaya istri saya memperlakukan ibu saya sama dengan ibunya sendiri (saya beruntung memiliki istri yang cantik dan loyal dengan orang tua). Dan itu saya sampaikan dengan istri, kemudian saya minta bicara dengan ibu untuk mengabarkan jika saya tidak pulang.

Dengan hati yang berdebar-debar saya sampaikan kepada beliau lengkap dengan alasannya kenapa saya tidak bisa pulang. Dan jawaban beliau sungguh membuat saya merasa sangat berdosa sebagai anak, dengan lembut ibu hanya mengatakan tidak masalah jika saya tidak bisa pulang toh masih ada istri saya yang menemani. Tetapi pada kalimat terakhir beliau mengatakan, “Ya sudah nggak apa-apa, kamu kerja baik-baik, cari nafkah yang berkah untuk keluargamu. Pulangnya nanti saja tunggu ibu sudah tidak ada selamanya”.

Ya Allah, saya terdiam seribu bahasa, tanpa terasa air mata menetes. Saya sangat mengerti dan sangat paham jika beliau sangat marah, tetapi mau bagaimana lagi? Saya hanya berpesan kepada istri agar merawat dan menjaga ibu sebaik-baiknya (sebuah permintaan yang sangat tidak perlu, karena isteri justru lebih peduli dibandingkan dengan saya).

Ibu…, maafkan anakmu, jika tanggung jawab pekerjaan ini sudah dapat saya alihkan, saya akan mendatangi ibu dan bersujud memohon ampunan.

Ya Allah, berikanlah ibunda kesehatan yang baik agar hamba-Mu tidak berubah menjadi anak yang durhaka dan tidak tahu balas budi terhadap orang tua.

 

Catatan Kyaine:
Kondisi seperti yang dialami mas Aldy hampir pernah dirasakan oleh orang perantauan, yang jauh dari sanak keluarga: konflik batin antara menjenguk ibu atau menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Kesuksesan karier seorang anak tidak dapat dilepaskan dari peran asuh dan doa orang tua, terutama ibu. Tema inilah yang diangkat di Karnaval Blog: Minum Teh Bersama Ibu hari ke satu. Ungkapkan gagasan dan pendapat Anda, jika kejadian seperti di atas menimpa diri Anda. Monggo.

71 thoughts on “Karnaval Blog: Minum Teh Bersama Ibu (MTBI#1)

    • MOHON MAAF
      Sebelumnya saya mohon maaf kepada semuanya. Bukannya mencari alasan, tetapi telkom flash ( Flush ) saya tidak mau diajak kompromi, koneksi jeblog.

      Hmmm….sulit untuk mengatakannya….
      Pertama Terima Kasih kepada KyaineBlog dan Bundo yang sudah memilih artikel saya sebagai salah satu artikel yang dimenangkan.
      Kedua, saya mohon maaf kepada Ibunda tercinta, kisah nyata yang saya tulis ini tanpa sepengetahuan beliau, apa jadinya cerita ibunda sakit disertakan dalam carnivalnya Guskar.
      .-= aldy punya artikel menarik dengan judul ..Berempati saat sahabat berduka. =-.

    • Mbak Des, 21 tahun sudah saya bekerja dan berpisah dengan ibunda dan keluarga, dari satu sisi mungkin bisa saya tinggalkan pekerjaan untuk menjenguk beliau, tapi dari satu sisi lain jika kita baru diserahkan tanggung jawab yang lebih besar mau tidak mau tanggung jawab pekerjaan yang didahulukan.
      .-= aldy punya artikel menarik dengan judul ..Berempati saat sahabat berduka. =-.

  1. ibuku temasuk tipe sebaliknya, inginnya anaknya tak tahu kalau ibunya sedang sakit, kalau ringan tak apalah tak diberitahu, kalau agak berat kakaklah yang tanpa sepengatuan ibu memberitahukan kondisi ibu, jadi kata-kata yang menakutkan “Ya sudah nggak apa-apa, kamu kerja baik-baik, cari nafkah yang berkah untuk keluargamu. Pulangnya nanti saja tunggu ibu sudah tidak ada selamanya”. tidak akan terjadi pada saya.
    meskipun demikian bagi saya ibu adalah segalanya, ridha ibu adalah ridha Allah murka ibu adalah murka Allah, maka sayapun berusaha semaksimal untuk untuk berbakti kepada beliau, walau jarak memisahkan kami
    .-= sunarno punya artikel menarik dengan judul ..Dzikir =-.

    • Sepertina komentar yang pertama hilang.
      Yah realitas yang tidak bisa saya elak mas, dan sangat maklum jika beliua marah. Karena ini bukan kali pertama saya tidak bisa pulang. Sudah terlalu sering dan alasannya selalu perkerjaan dan pekerjaan.
      .-= aldy punya artikel menarik dengan judul ..Berempati saat sahabat berduka. =-.

  2. Jika itu terjadi dengan saya, mungkin saja saya akan melakukan hal yang sama mas. sebuah pilihan yang sangat sulit tentunya. mungkin saja, jika pulang maka terancam akan di pecat besok. hm…, tapi itulah Ibu, mungkin hanya sekedar ingin melihat wajah anaknya saja ketika beliau sakit, sehingga percakapan lewat telpon tak di anggapnya.

    • Memang kondisinya sangat sulit Mas Badurz, beberapa hari sebelumnya saya baru saja diserahkan sebuah tanggung jawab. Mau tidak mau saya mengutamakan pekerjaan saya, karena saya juga mempertimbangkan masih ada 2 orang saudara saya yang bisa merawat beliau.
      .-= aldy punya artikel menarik dengan judul ..Berempati saat sahabat berduka. =-.

  3. Hari-hari terakhir menjelang ajal, saya tidak bisa sepenuhnya merawat Ibu. Sakit berkepanjangan saya hanya seminggu sekali datang. Ketika sudah tidak mengingat lagi dan masuk di ICCU saya sedang di perjalanan Jakarta Ciamis. Ketika sampe ucapan saya sudah tidak terdengar lagi.
    Esoknya Ibu meninggal.
    Itulah yang saya ingat ketika betapa benturan seperti di atas di alami oleh saya juga. Sedih sekali rasanya.
    Semoga Ibunya Mas Aldy segera sembuh 🙂

  4. Ibu saya hampir mirip dengan ibunya Mas Badruz. Beliau berusaha untuk menutupi persoalan atau sakit yang sedang beliau hadapi, agar kami anak-anaknya yang sedang dalam kesibukan hidup di perantauan tidak menjadi susah dan harus tergopoh-gopoh pulang…

    Buat Mas Aldy, semoga Ibunya segera sembuh ya… Tulisannya menggetarkan sekali… Selamat telah terpilih oleh Kyaine 🙂

  5. Salam Takzim
    Sebagai seorang anak dalam kisah diatas akan timbul penyesalan yang sangat dalam, karena ibu yang melahirkan kita berbaring sakit, mungkin sakitnya memendam rindu. Instropoksilah sebelum menyesal untuk selam-lamanya temui ibumu apapun resikonya, semoga atasanmu memahaminya.
    Izin dimuat ditempat saya ya pak Guskar, sebagai referensi untuk membuat suasana hari ubu lebih berarti.
    Salam Takzim Batavusqu.

  6. Salam Takzim
    Komentar pertama tidak muncul….
    Sebagai seorang anak yang memang harus memilih diantara pilihan yang sulit, saya hanya mengingatkan bahwa ibu adalah yang melahirkan kita, betapa hebatnya kita ibulah yang mengawalinya, jangan ego mas aldy. Pilihan menjenguk ibu yang sedang berbaring saya rasa lebih dapat dipahami oleh atasan ditempat kita, ingat mas Aldy 24 jam sehari 360 detik berpikir. Tetap endingnya Tengoklah ibu mas Aldy.
    Salam Takzim Batavusqu
    .-= batavusqu punya artikel menarik dengan judul ..Aktivitas Minggu Pagi =-.

  7. selamat untuk mas Aldy karena tulisannya sudah terpilih

    semoga ibu cepat pulih dan diberi kesabaran dalam sakitnya.
    semoga mas Aldy juga sempat ngerawat ibu, InsyaAllah ibu paham
    ok, mas ALdy jangan sedih lagi yaaa. semangat!

  8. serba salah mas. serba sulit.
    tapi menurut saya usahakan menjenguk ibu mas. karena (mudah2an tidak) kalau sampai kata2 ibunda tadi kesampaian rasa penyesalan dan perasaan bersalahnya pasti jauh lebih besar.
    .-= linduaji punya artikel menarik dengan judul ..Schizophrenia =-.

  9. yah, kalau bisa secepatnya jenguk Ibu, katakan yang sebenarnya sama si BOS kantronya. kalau ngeyel, saya yakin tidak, wong mereka semua juga punya Ibu. jika, pekerjaan sangat padat, kan cuma sebentar menjenguknya mas Aldy…., Yang penting njenguk, melihat ceritanya, pasti menatap wajah mas Aldy adalah kepuasan bathin tersendiri bagi Ibu.

    • Dalam waktu dekat saya akan pulang Mas Badruz, Bos sudah tahu dan beliau sudah mengijinkan saya pulang. Nah masalahnya pekerjaan yang sedang saya kerjakan saat ini masih belum bisa saya delegasikan. Tetapi Insya Allah saya akan menyempatkan diri untuk pulang.
      .-= Aldy punya artikel menarik dengan judul ..Berempati saat sahabat berduka. =-.

  10. Ini cerita yang menyentuh …

    Saya jadi ingat ketika ibu saya harus dirawat di rumah sakit karena kecelakaan …
    kecelakaan tersebut menyebabkan ibu patah tulang panggulnya …
    dan memerlukan perawatan yang tidak sebentar …

    Ingin rasanya setiap hari aku berada disisinya …
    namun … Ibu justru bilang …
    Sudah … Ibu tidak apa-apa … kamu ndak usah kesini …
    Kamu kesini pas kamu libur saja …

    Dan tambah terkoyak-koyaklah hati saya …
    Maka … Sabtu – MInggu … saya full menjaga ibu …
    menyisiri rambutnya …
    menyuapinya …
    menjaganya …
    segala apa yang saya bisa …
    supaya ibu senang

    Salam saya
    .-= nh18 punya artikel menarik dengan judul ..JUAJI (?) =-.

  11. “pulangnya nanti saja tunggu ibu sudah tidak ada selamanya” menurut pendapat pribadi saya,kata ini seharusnya tidak terlontar dari mulut si ibu.
    karena dengan begitu si ibu seakan tidak mengerti akan kesulitan anaknya di perantauan.

    harusnya kata yang terlontar adalah “yah sudah,kerja yang baik nak.selesaikan dulu apa yang menjadi tanggung jawabmu disana.jika sudah selesai segeralah pulang untuk melihat kesembuhan ibu yang telah dirawat dengan baik oleh istrimu”

    nb:ini cuma pengamatan dari sudut pandang saya sebagai seorang anak,yang bersyukur belum pernah mendengar ucapan seperti itu dari ibu saya
    .-= pakne galuh punya artikel menarik dengan judul ..Tukang Panjat =-.

  12. Dilematis, membutuhkan tenaga ekstra untuk menentukan pilihan yang kedua-duanya sangat urgent. Apapun keputusan yang diambil itu pasti mengandung resiko. Aku pernah mengalami hal seperti itu dulu ketika mendiang Ibuku sakit waktu itu aku di Jakarta. Aku ambil pilihan untuk meninggalkan pekerjaan (ijin) dan pulang kerumah untuk mengetahui sejauh mana sakitnya. Resiko pulang pergi aku jalani dalam hari yang sama setelah mengetahui jelas kondisi Ibuku aku kembali ke Jakarta.
    Wajar bila Ibunda mas Aldy kecewa hingga berkata sangat tajam: “Pulangnya nanti saja tunggu ibu sudah tidak ada selamanya”
    .-= Vyan RH punya artikel menarik dengan judul ..Ketika Vyan harus Memilih =-.

    • Agree…
      tapi suatu saat ibu juga berhak marah, beliu sakit tetapi saya dengan alasan pekerjaan tidak datang menjenguk. Kita saja ngirim sms ke teman nggak balas pasti sewot. Idealnya memang harus datang, tapi kondisinya seperti ini ? sulit memang, tetapi saya harus memilih.
      .-= Aldy punya artikel menarik dengan judul ..Berempati saat sahabat berduka. =-.

    • Nuun, ibunda sudah sembuh dan sekarang ada dirumah. Tadi malam saya sudah telefon Istri, dalam satu dua hari ini saya akan pulang. Mungkin iya karena kangen, karena hampir satu tahun tidak bertemu dengan beliau.

  13. iya..pasti dilematis ya.. dulu saya pernah merasakannya.. Kadang sudah kangen suasana rumah ortu di kampung.. tapi pekerjaan suami yang cukup padat, ga memungkinkan kami pulang… kalo sudah begitu, saya paling menelpon mamah, apih, berdoa agar mereka sehat dan berdoa juga semoga pekerjaan suami lancar agar kami bisa pulang kampung… 🙂
    .-= ceuceusovi punya artikel menarik dengan judul ..Maaf Aku untuk Mama =-.

    • Alhamdullilah Bunda, ibu memang sudah sehat.
      Kangen sih sudah pasti bunda, mungkin beliau kangen dengan sayanya, karena keluarga dan anak-anak juga terpisah dari saya bunda. Ini karena tuntutan pekerjaan. Kyaine blog ini tahu kok bagaimana kerja ditengah belantara. Insya Allah saya sampaikan bunda. Semoga kita semua juga berikat kesehatan oleh Allah SWT. Amin.

    • Suatu saat kita pasti akan jauh dari ibunda….apapun alasan dan pertimbangannya.
      Tapi jika kondisinya seperti yang saya alami, sebuah dilema. tetapi bagaimanapun saya harus memilih.

Leave a reply to Aldy Cancel reply