Saya bingung menjawab pertanyaan dari teman seperjalanan saya di kereta Cirebon Ekspres menuju Jakarta. Sekenanya saya jawab : Pluralisme.
Itu bukannya agamanya Lia Eden, Salamullah? Yang bilangnya semua agama ada benarnya?
Mirip, tapi nggak sampai kebablasan tanpa kerangka. Kereta api aja ada relnya, apalagi agama. Tuhan bilang agama Islam adalah agama yang paling sempurna. Jadi apapun yang saya setujui dari agama lain pada dasarnya merujuk dari ayat itu. Suka karaoke nggak?
Nggak terlalu. Apa hubungannya?
Mestinya suka. Di semua agama, suara adalah salah satu alat komunikasi ke surga.
Ohm : Meditasi paling sederhana di agama Hindu dimulai dengan “Ohm” yang panjang. Suara itu mulainya dari perut, tempat segala nafsu diayak. Naik ke dada, tempatnya jantung. Merembet ke kelenjar thyroid di leher, tempatnya cakra ego, yang mengontrol tidur. Naik lagi ke mulut, hidung, telinga, kedua mata, dan mata ketiga…ketujuh indera (rasa, kecap, dengar, lihat, cium, keseimbangan dan intuisi). Terakhir, getaran “Ohm” akan sampai ke ubun-ubun, tempatnya cakra langit.
Gospel : Orang tua & sesepuh saya senang opera dan musik gereja. Mereka menyebutnya makanan jiwa. Menyanyi, di Agama Kristen, adalah ibadah. Suara jemaat yang menyatu dalam pemujaan mengundang gossip malaikat. Pernah merinding saat mendengar suara Susan Boyle atau Mariah Carey melengking? Pernah merasakan getar misterius saat Amazing Grace dinyanyikan? Mungkin selain speaker Anda pekak, disebabkan juga pintu langit yang menyahuti panggilan kita. Biarpun mirip bunyi seng digaruk paku atau kucing dimandikan, lagu yang dinyanyikan dengan hati selalu mengusik kealpaan, memaksa kita untuk menarik nafas panjaaaang…
Mengaji : Ohm & Gospel sebenarnya ada pada ngaji. Rukun tajweed yang paling sering digunakan ada empat : Izhar, Ikhfa’, Iqlab dan Madd, yang kalau kita melakukannya dengan benar, akan menstimulasi semua indera sama persis ketika kita ber-Ohm atau menyanyi. Contoh paling sederhana, saat semua jemaah menyatukan suara di akhir surat Al-Fatiha : Aaaaaaamiiiiiinnnnnnn…Sekarang “fatiha” dalam bahasa arab artinya pembuka, tapi apa yang sebenarnya dibuka dari surat itu?
Jadi saya nggak bilang bahwa semua agama itu benar terus berhenti di situ. Saya bilang, kalau benar agama Islam itu sempurna dan menyeluruh, mestinya ibadah dari agama lain ada di situ. Termasuk ibadah nafas dan suara. Termasuk ibadah laku. Termasuk ibadah berpikir dan deduksi.
Jadi, Anda biasa karaoke di mana?
______________________________________________________________________
PS : Tahu kan sekarang, kenapa saya tidak pernah kuatir pikiran & tulisan saya dicontek?
by Hning
nyaris kaget pas baca agamau pluralisme
tapi terus meunut membaca ke bawah
ada sesuatu yang kau singkap lebih jauh
ehm, aku biasa karaoke di rumah 😀
ibadah suara.
dalam konteks lain, suara bisa berarti suara hati, suara rakyat, suara sumbang, dll.
kalo diharfiahkan, barangkali ibadah suara adalah sesuatu yang paling aku benci karena suaraku sendiri aliran falseto 😦
Kebetulan, saya karaoke hanya seminggu sekali. Di manapun.
gw malah belum pernah karaokean nih., buang2 duit., mending ke gym / ke mall dah
@semua, Saya ngga bisa nyanyi, budek ritme, kentut aja false. Makanya belajar Yoga…eh malah dilarang MUI…hihihi…
@achoey, “Aku” di artikel yang pluralis. Agama penulis artikelnya sih wahhabi-kejawen…*hohoho*
@~noe~, Kalau ada ibadah suara, ada ibadah dengar nggak? Ibadah menulis?
@denologis, Salut.
@ardianz, Salut dua kali.
hem, nda bisa koment
yang jelas aku karaokean kalo ada yang ngajak
hehhe
Karaokene ben ngibadah, mung neng t4 tidur wae kok Gus, kui ngibadah sing paling penak, ganjarane mesthi anane. 😀
PS : Tahu kan sekarang, kenapa saya tidak pernah kuatir pikiran & tulisan saya dicontek?
>>> saya belum tahu mbak, sekiranya korelasinya apa ya?
Btw soal Ohm… itu saya pernah melafalkan bunyi ohm sewaktu saya ikut kelas Yoga dan getarannya itu membuat tenang.
wah bingung…
Jangan sampe keber-agama-an kita hanya menyentuh ritual ibadah semata, namun lupa pd indikasi keimanan, yaitu empati yg mewujud kepedulian kepada sesama.
Btw, karokean memang sedap bikin fresh, cuman yg ngedenger nya aja yg jd nggak sedap smbil uring2an, katanya hamonisasi lagu jd hilang kalo dipadu dengan suara fals…
_salam anget_
setuju ae sama mas wandi soale sama postingannya yg di atas rada2 bingung. sebenere yg bingungan ki aku apa mas wandi yo
btw, terima kasih untuk kunjungannya y c u…
btw, ijinkan aku mikirin postingan di atas ya gus ntar koment benerane hehehe piss
karaoke dimana? hehe..
perumpamaan menarik. cara untuk mencapai-Nya bisa melalui banyak pintu. biarlah hak untuk men-judge diserahkan kepada Al haqq.
para maulana pernah berkata:
“jalan keselamatan itu seperti langit. luas tak bertepi.
jadi, bagaimana mungkin kamu membingkai langit?”
salam.
wah berat-berat….sufi beneran iki mas..
nek aku gak tau karaoke, tapi ngombe he..he..
“Jadi saya nggak bilang bahwa semua agama itu benar terus berhenti di situ. Saya bilang, kalau benar agama Islam itu sempurna dan menyeluruh, mestinya ibadah dari agama lain ada di situ. Termasuk ibadah nafas dan suara. Termasuk ibadah laku. Termasuk ibadah berpikir dan deduksi.”
seharusnya memang begitu…cuma sudah ada yang mengkajinya secara menyeluruh juga belum sih?
Saya berkaraoke jamaah setiap sabtu atau minggu 😉
Jakarta-Brebes, mas. Tau nggak, kualitas percakapan di kereta api itu berubah tergantung kita duduknya di kelas mana? 🙂
Iya ya, ga ada korelasinya, aku lagi ndableg.
*Hning menyipu-nyipu*
Ohm Huang memang mantab komentar & perhatiannya.
Pegangan. 🙂
Ibadah itu apa? Iman itu apanya ibadah? Apa hubungan keduanya dengan agama?
Ini ngebahas yang horizontal apa yang vertikal?
Nyanyi, menulis & masturbasi punya kekurangan yang sama. Yang melakukannya keenakan, yang di sekelilingnya bisa muntah. Jadi, biar mancing amarah massa, enaknya gimana ya?
iya iya, maap, itu komentar yang rada ngawur. Saya akan berusaha menjangkari pikiran saya biar ga terlalu lompat2 begitu.
Terima kasih atas komentarnya.
Jadi, ky, Anda biasa membingkai dan mencapainya lewat jendela yang mana? Di “ruang karaoke” yang mana?
apa bisa?
apa perlu?
Typo: Biar TIDAK memancing amarah massa, bagaimana?
hhmmmmm…karaoke dimana?
saya msh mencoba utk ber ” karaoke” dlm hati dan pikiran lebih dulu.
diulang2 nada dan iramanya.
ketika terasa pas dengan aturan2 ber ”karaoke”
suara yg terdengar akan merdu, memenuhi segala penjuru.
melahirkan keteduhan, kedamaian, dan tidak mengganggu yg mendengarnya.
insyaAllah.
salam.
Masak mbak???
saya ndak tau….
soalnya seringnya kalo saya naik kereta jakarta-jombang
saya lgs tidur…jadi ndak sempet bercakap2
*blushing*
Salam
Semua makhluk berakal sudah naluriah butuh akan agama, sehingga dalam bentuk dan cara apapun akan terasa menyejukan-menyejukan saja pastinya, namun beribadahpun akhirnya adalah tentang menentukan pilihan yang benar dan sempurna dengan aturan di dalamnya yang sudah jelas yang layak dipercayai dan diimani… 🙂 *sotoy mode*
Jadi sudah jelas kan kalau berkaraoke, dimana? he..he..
renewing my tajwid skills, checked on that 🙂
waduh kok ibadahnya kayaknya susah sekali. 😕
Ayo, Ali, mau ngaji/nyanyi/karaoke apa mau dikembalikan jadi anak-anak lagi kalo udah tua? *ngancem*